Drama Pemecatan Shin Tae-yong di Ulsan HD: Konflik Ruang Ganti, Tuduhan Golf, dan “Kepemimpinan ala Kakak”

Drama Pemecatan Shin Tae-yong di Ulsan HD: Konflik Ruang Ganti, Tuduhan Golf, dan "Kepemimpinan ala Kakak"

Seoul, Korea Selatan – Perpisahan Shin Tae-yong (STY) dengan klub raksasa K League 1, Ulsan HD, pada Kamis (9/10/2025), hanya dua bulan setelah penunjukannya, telah meledak menjadi prahara besar yang membuka tirai konflik internal. Pemecatan ini bukan sekadar karena performa buruk, melainkan dipicu oleh serangkaian tuduhan serius mulai dari perilaku tidak profesional hingga kekerasan verbal dan fisik terhadap pemain.

Baca Juga : Fenomena Judi Slot Maxwin di Indonesia: Antara Popularitas Digital dan Ancaman Sosial

STY, yang baru bertugas sejak awal Agustus, harus meninggalkan klub juara bertahan K League tersebut dengan catatan yang kurang memuaskan, yakni 2 kemenangan, 4 seri, dan 4 kekalahan dalam 10 laga, membuat Ulsan terperosok ke papan bawah. Namun, akar masalahnya jauh lebih dalam daripada sekadar statistik di lapangan.

Tuduhan Utama: Golf di Laga Tandang dan Kekerasan pada Pemain


Dua isu utama yang mengiringi pemecatan STY adalah:

  1. Kontroversi Tas Golf (Isu Profesionalisme)
    Rumor yang paling mencuat adalah tuduhan bahwa Shin Tae-yong tidak fokus pada tim dan lebih memilih bermain golf saat melakoni laga tandang. Isu ini menguat setelah beredar foto di media sosial yang menunjukkan tas peralatan golf miliknya dimuat di dalam bus tim Ulsan HD.

Klarifikasi STY:
Dalam wawancara eksklusif dengan media Korea Selatan, KBS, STY membantah keras tuduhan tersebut. Ia menjelaskan bahwa insiden tas golf hanyalah kesalahpahaman yang disebarkan dengan niat buruk.

“Sama sekali tidak benar (bermain golf saat tandang). Foto tersebut diambil pada akhir Agustus saat tim bertanding di Seoul,” tutur Shin Tae-yong. “Saya tidak punya alasan untuk bermain golf di Ulsan, jadi saya menaruh tas golf di bus tim untuk dikirim ke rumah saya di Seongnam. Seorang pemain yang tiba lebih dulu menemukan tas golf saya saat menurunkan barang dari bus klub, memotretnya, dan melaporkannya ke klub. Foto itu kemudian bocor.”

  1. Isu Komunikasi dan Kekerasan Fisik/Verbal
    Pihak klub dan beberapa sumber menuding STY menggunakan gaya komunikasi yang terlalu keras, bahkan melakukan kekerasan fisik dan verbal ringan kepada pemain. Hal ini diperkuat dengan pernyataan mantan CEO Ulsan HD, Kim Kwang-guk, yang menyebutkan klub bahkan sudah mengirim surat peringatan resmi.

Pembelaan STY: “Kepemimpinan ala Kakak”


STY dengan tegas membantah tuduhan kekerasan. Ia menyebut filosofi kepelatihannya adalah menjalin kedekatan yang akrab dengan pemain, yang ia sebut sebagai “kepemimpinan ala kakak” (Hyung-nim leadership).

“Filosofi sepak bola saya adalah ‘Saya tidak mengumpat atau menyerang pemain’,” tegasnya. “Saya mengakui (kepada klub) bahwa untuk lebih dekat dengan mereka, saya akan mengatakan hal-hal seperti, ‘Hei, dasar brengsek,’ dan bahkan menarik telinga mereka.”

STY bahkan menyinggung pengalamannya melatih Timnas Indonesia (2019-2025) sebagai contoh gaya kepemimpinan tersebut, di mana ia pernah terekam menjewer telinga pemain muda seperti Marselino Ferdinan dan Rizky Ridho. Ia berargumen bahwa tindakan tersebut murni lelucon atau upaya membangun kedekatan, tanpa niat jahat sedikit pun.

Gesekan Ruang Ganti: Polemik Pemain Senior vs. Kebijakan U-22
Di balik tuduhan individu, isu yang lebih sistemik diduga menjadi pemicu retaknya hubungan Shin Tae-yong dengan ruang ganti: ketegangan dengan pemain senior.

STY tiba di Ulsan dengan tugas merevitalisasi tim yang sedang terpuruk. Ia mengakui harus memprioritaskan pemain muda untuk mematuhi regulasi K League tentang menit bermain Pemain U-22 dan demi ambisi perubahan tim. Hal ini menciptakan ketidakpuasan di kalangan pemain senior yang peran dan menit bermainnya berkurang drastis.

STY mengklaim bahwa beberapa pemain senior bahkan tidak menyapanya. Ia juga menuding bahwa performa buruk dari beberapa pemain veteran merusak semangat tim. Kondisi ini membuat masalah komunikasi yang ada menjadi semakin parah, menciptakan faksi-faksi yang membuat Ulsan HD tidak bisa lagi dikendalikan.

Pemecatan yang datang secara mendadak ini pun disayangkan oleh Shin Tae-yong. Kontroversi ini tidak hanya merugikan citra Ulsan HD, tetapi juga meninggalkan catatan pahit bagi Shin Tae-yong yang baru kembali melatih di negaranya sendiri setelah periode sukses dan penuh tantangan bersama Timnas Indonesia.